Kadang-kadang, momen refleksi nggak datang dari suasana sepi atau tempat indah. Kadang malah muncul di tengah warung makan sederhana, saat kita lagi sendirian, lapar, dan diem bengong nunggu makanan datang. Hari itu, aku duduk sendiri. Meja warung sederhana, kipas angin yang bunyinya lebih semangat dari pelanggan, dan sepiring ayam bakar panas mengepul di hadapanku. Aromanya menggetarkan iman, bumbunya menggoda, dan asapnya entah kenapa terasa dramatis banget. Di tengah-tengah situasi yang sangat tidak filosofis itu, pikiranku malah berkhayal: “Kalau ayam bakar ini bisa ngomong, dia bakal kasih wejangan apa ke aku?” Dan di luar dugaan, jawabannya muncul di kepalaku seperti bisikan magis dari seekor paha ayam yang sudah melewati banyak proses hidup. Bayangkan: seekor ayam bakar bijak, duduk bersila di atas piring panas, dan siap kasih nasihat hidup. --- “ Sini, Nak. Dengerin Wejangan dari yang Udah Lewat Api.” Si ayam bakar memulai: "Lo tahu kenapa gue bisa seenak ini? Karena gue ...