Tarwiyah: Saat Hati Bertanya, Lalu Memilih Tunduk
Hari Tarwiyah bukan tentang tergesa memahami, tapi tentang memberi ruang pada hati untuk menimbang. Hari ini aku belajar, bahwa tidak semua luka harus segera sembuh. Ada luka yang perlu duduk bersama waktu, agar benar-benar menguat.
Seperti Nabi Ibrahim yang diuji pada logika dan iman, aku pun sedang diuji — bukan pada siapa yang paling benar, tapi pada apakah aku bisa tetap memilih tenang dalam badai batin.
Hari ini aku memilih:
Tidak buru-buru membandingkan.
Tidak memaksa diri untuk tegar setiap saat.
Tidak membenci yang berbeda jalan.
Aku hanya ingin pulang ke diriku sendiri. Dengan lapang, dengan jujur, dan dengan keyakinan: Allah tidak salah alamat ketika memberi ujian ini.
Tarwiyah, aku menyambutmu.
Dengan hati yang mungkin masih bergetar, tapi tak lagi ragu untuk melangkah.
Komentar
Posting Komentar