Hari 16 — Hadiah Tersembunyi
Awalnya aku menulis tentang luka, karena itulah yang aku rasakan. Rasanya perih, seperti ada yang hilang. Tapi seiring waktu, aku mulai melihatnya dari sisi yang berbeda.
Luka itu ternyata tidak datang untuk menghancurkan, tapi membentuk. Ia tidak hanya meninggalkan bekas, tapi juga membuka ruang. Ruang untuk tumbuh, menerima, dan berdamai.
Lalu aku sadar, mungkin “luka” terlalu kelam untuk menggambarkan proses yang justru membawaku pada versi terbaik dari diriku sendiri. Maka aku memilih kata yang lebih hangat, lebih menggambarkan makna sebenarnya: Hadiah tersembunyi.
Karena begitulah rasanya kini—apa yang dulu menyakitkan, ternyata adalah anugerah yang menyamar.
---
Hadiah Tersembunyi
Tak semua hadiah datang dalam kotak indah.
Ada yang hadir dalam bentuk kehilangan.
Ada yang tiba lewat kecewa, diam, atau perpisahan yang tak sempat dijelaskan.
Waktu itu terasa berat. Tapi kini, aku menyebutnya: Hadiah tersembunyi.
Ia tak diundang, tapi menetap cukup lama untuk mengajarkanku banyak hal.
Ia membuatku menangis, tapi juga diam-diam menguatkanku.
Ia tak berbicara, tapi selalu mengingatkanku untuk melangkah.
Dulu aku bertanya, “Mengapa harus aku?”
Sekarang aku tahu jawabannya: “Karena aku bisa.”
Hadiah ini membawaku mengenal diri sendiri dengan cara yang tak pernah kuduga.
Ia menunjukkan bahwa tidak semua tangis adalah tanda lemah, dan tidak semua perpisahan harus disesali.
Kadang, sesuatu yang terasa hilang… justru membuka ruang bagi diriku yang baru untuk tumbuh.
Kini, aku bisa menatap ke belakang tanpa sesal.
Hanya ada rasa syukur.
Dan dengan hati yang utuh, aku berkata:
“Terima kasih, untuk semua hadiah yang dulu sempat terasa menyakitkan.
Kini, aku mengerti… itulah cara semesta membuatku lebih kuat.”
---
Dengan Aku Masih Terus Menulis, Aku Jadi Bisa Mengurai Rasa
Yang Tadinya Luka, Menjadi Hadiah Tersembunyi
Aku menulis agar isi hati tak lagi sesak.
Agar yang dulu menyakitkan, bisa kupahami perlahan.
Lewat menulis, aku belajar melihat luka dengan cara yang lebih tenang.
Ternyata, tak semua rasa sakit buruk selamanya.
Beberapa justru membawaku tumbuh.
Dan saat kutulis ulang kisahnya,
yang dulu terasa luka, kini terasa seperti hadiah, Anugrah yang menyamar~
Komentar
Posting Komentar