Hari 5 — Hal-Hal Kecil yang Diam-Diam Menolongku Bertahan
Beberapa orang mungkin akan melihat hidupku dan mengira semuanya biasa saja.
Tapi mereka tak tahu, ada perjuangan kecil yang terus kulakukan, hanya agar aku tetap merasa hidup.
Setiap pagi sebelum kerja, aku dan suamiku memberi makan burung-burung.
Murai-murai kecil itu bernyanyi riang, seakan mereka tahu, bahwa pagi-pagi begini kami butuh pengingat bahwa hidup masih punya warna.
Sepulang kerja, tubuhku lelah. Tapi hatiku tahu, aku tak bisa diam terlalu lama.
Maka kuluangkan waktu untuk food prep, membuat meal plan walau hanya untuk kami berdua.
Bukan karena harus, tapi karena merawat rumah ini, adalah juga caraku merawat diriku sendiri.
Kadang aku tertawa sendiri. Betapa lucunya kami repot-repot membuat proyek kecil di dapur atau kamar mandi — hanya untuk mengisi ruang yang kadang terasa kosong.
Tapi di situlah aku belajar: luka tak selalu disembuhkan dengan menangis.
Kadang, ia sembuh saat kita sibuk menanam cinta pada hal-hal kecil.
Aku bekerja, tapi jiwaku tahu, rumah ini perlu disentuh dengan kehadiran. Maka sesibuk apapun, aku mencoba hadir.
Bukan hanya untuk suamiku, tapi untuk diriku sendiri.
Agar aku tahu, aku masih bisa mencintai, meski pelan-pelan.
Hari ini aku bersyukur untuk hal-hal kecil yang tak terlihat:
burung yang bernyanyi, meja makan yang tersusun, air hangat di kamar mandi yang kami pasang sendiri.
Mereka tak hanya mengisi hari-hariku, tapi juga membasuh luka yang lama kutahan diam-diam.
Komentar
Posting Komentar