Hari 4 — Satu Orang yang Diam-Diam Menjadi Sumber Kuatku

Ada satu sosok yang selalu terlintas di pikiranku,
terutama di hari-hari ketika aku merasa tidak kuat lagi: diriku sendiri di masa lalu.

Bukan karena aku tidak punya orang lain untuk diandalkan.
Bukan juga karena aku ingin terlihat hebat.

Tapi karena aku tahu, satu-satunya orang yang benar-benar mengerti semua luka, semua jalan terjal, semua air mata yang jatuh dalam diam —
adalah aku sendiri.

Aku teringat versi diriku yang dulu:
yang pernah tersenyum di tengah kegagalan,
yang tetap bangun dan berjalan meski semua terasa sia-sia,
yang pernah berjanji diam-diam di dalam hati, "Kita harus bertahan, apa pun yang terjadi."

Dan hari ini, saat aku nyaris ingin menyerah,
aku kembali memanggil dia — diriku sendiri yang dulu.

Aku berkata dalam hati,
"Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Kalau kamu bisa melewati hari-hari itu, aku yakin kita bisa melewati hari ini juga."

Kadang, kekuatan itu tidak datang dari luar.
Kadang, kekuatan itu datang dari kita — dari luka yang sudah sembuh setengah, dari tangis yang sudah reda, dari langkah-langkah kecil yang dulu kita pikir sia-sia, tapi ternyata membawa kita sampai ke sini.

Hari ini, aku berterima kasih pada diriku sendiri.
Karena diam-diam, aku lah yang menjadi sumber kuatku selama ini.

Dan aku percaya, aku bisa terus berjalan.
Satu hari lagi.
Satu langkah lagi.
Sampai akhirnya aku benar-benar pulang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari 2 — Satu Tempat yang Membekas di Hati

Halo, Ini Aku

Hari 1 - Mengapa aku menulis